aku memandang keluar jendela. langit cerah hari ini. aku sedang melamun mengenai film yang kutonton kemarin dan samar-samar mendengar dengung percakapan anak-anak lain.
tiba-tiba seseorang menyentuh bahuku.
Shira.
Dia tersenyum padaku. "Kudengar kau mempunyai buku-buku mengenai astronomi."
aku memandangnya tanpa bisa mengalihkan pikiranku dari film tadi. "ya," jawabku.
shira tampak senang. "maukah kau meminjamkannya padaku? salah satu yang menurutmu paling bagus," katanya lagi.
"oke."
"trims," dan dia berbalik pergi menghampiri teman-temannya yang lain. sekelompok anak perempuan yang hobi bergosip di sudut kelas.
esoknya ketika aku baru saja memasuki pintu kelas, shira menghadangku. "kau bawa bukunya?" tanyanya berharap.
aku mencelos. lupa. "sori, shira. aku lupa. akan kubawa besok," jawabku dan memberikan padanya pandangan paling menenangkan.
dia tampak agak kecewa tapi menggeleng. "tak apa-apa. jangan lupa lagi, ya..."
walaupun begitu, selama tiga hari sesudahnya, aku tetap tidak membawa buku itu. dan pagi ini, ketika aku terbangun dan masih setengah mengantuk, aku menghampiri wastafel di sudut kamar untuk cuci muka. pada saat aku mendongak untuk menatap wajahku di cermin yang tergantung di atas wastafel, yang pertama kali kulihat adalah shira berdiri di belakangku, tersenyum dan berkata,"jangan lupa bukunya, Ray."
aku menoleh. tak ada siapa-siapa di belakangku. tentu saja. itu pasti cuma khayalanku.
maka, akhirnya, aku membawa buku 'astronomi yang mempengaruhi hidupmu' karangan Kay Smith itu ke sekolah.
tapi kali ini, aku yang kecewa. shira tidak masuk sekolah.
bel pulang berdering. anak-anak bergegas pulang. aku mengepak buku-bukuku yang bertebaran di atas meja dan segera melangkah keluar kelas.
di koridor, anak-anak perempuan yang biasanya bersama-sama shira, berdiri bergerombol dan tampaknya mereka, aku tak yakin dalam hal ini, menangis.
entah dorongan apa yang membuatku menghampiri mereka. tapi hal pertama yang kutanyakan kepada mereka, bukan kemapa kalian menangis, tapo,"apa kalian tahu kenapa shira tidak masuk hari ini?" ketika menanyakan hal itu, aku merasakan sesuatu yang aneh di perutku. seperti terhantam balok es yang luar biasa dingin.
salah satu dari mereka menangis tambah keras. aku mengernyit.
lalu melanie yang tampak paling bisa mengendalikan air matanya dibanding gadis-gadis lain menjawab dengan suara parau, "dia...dia...oh, Ray...dia meninggal..."dan kemudian terisak keras.
bluk.
aku menjatuhkan tasku.
"kapan?"
"pagi ini," jawab mel, menghapus air matanya , "kecelakaan. tertabrak mobil ketika akan berangkat sekolah." melanie terdiam sesaat sebelum melanjutkan, "padahal seharusnya ini hari pertamanya bergabung dengan klub astronomi sekolah. dia sudah menantikannya selama berminggu-minggu yang lalu. dia selalu membicarakan mengenai hal itu setiap hari. ini pertama kalinya ia bergabung dengan klub sekolah..."
aku mengambil tasku, tertegun.
"apakah ia sudah dimakamkan?"
mel mengangguk. "di tallulah park. kami akan kesana sebentar lagi, setelah kami tenang."
aku menepuk bahunya sekilas sebelum aku pergi ke tallulah park.
makam shira sudah sepi. mungkin orabg-orang yang melayatnya sudah pergi. nisannya masih mengilap bertuliskan 'Gadis yang akan selalu tinggal di hatimu'.
aku mengeluarkan buku 'astronomi yang mempengaruhi hidupmu' dan meletakkannya di bawah nisan pualam itu.
"aku tidak lupa kali ini," dan melangkah pergi.
langit cerah hari ini.
tiba-tiba seseorang menyentuh bahuku.
Shira.
Dia tersenyum padaku. "Kudengar kau mempunyai buku-buku mengenai astronomi."
aku memandangnya tanpa bisa mengalihkan pikiranku dari film tadi. "ya," jawabku.
shira tampak senang. "maukah kau meminjamkannya padaku? salah satu yang menurutmu paling bagus," katanya lagi.
"oke."
"trims," dan dia berbalik pergi menghampiri teman-temannya yang lain. sekelompok anak perempuan yang hobi bergosip di sudut kelas.
esoknya ketika aku baru saja memasuki pintu kelas, shira menghadangku. "kau bawa bukunya?" tanyanya berharap.
aku mencelos. lupa. "sori, shira. aku lupa. akan kubawa besok," jawabku dan memberikan padanya pandangan paling menenangkan.
dia tampak agak kecewa tapi menggeleng. "tak apa-apa. jangan lupa lagi, ya..."
walaupun begitu, selama tiga hari sesudahnya, aku tetap tidak membawa buku itu. dan pagi ini, ketika aku terbangun dan masih setengah mengantuk, aku menghampiri wastafel di sudut kamar untuk cuci muka. pada saat aku mendongak untuk menatap wajahku di cermin yang tergantung di atas wastafel, yang pertama kali kulihat adalah shira berdiri di belakangku, tersenyum dan berkata,"jangan lupa bukunya, Ray."
aku menoleh. tak ada siapa-siapa di belakangku. tentu saja. itu pasti cuma khayalanku.
maka, akhirnya, aku membawa buku 'astronomi yang mempengaruhi hidupmu' karangan Kay Smith itu ke sekolah.
tapi kali ini, aku yang kecewa. shira tidak masuk sekolah.
bel pulang berdering. anak-anak bergegas pulang. aku mengepak buku-bukuku yang bertebaran di atas meja dan segera melangkah keluar kelas.
di koridor, anak-anak perempuan yang biasanya bersama-sama shira, berdiri bergerombol dan tampaknya mereka, aku tak yakin dalam hal ini, menangis.
entah dorongan apa yang membuatku menghampiri mereka. tapi hal pertama yang kutanyakan kepada mereka, bukan kemapa kalian menangis, tapo,"apa kalian tahu kenapa shira tidak masuk hari ini?" ketika menanyakan hal itu, aku merasakan sesuatu yang aneh di perutku. seperti terhantam balok es yang luar biasa dingin.
salah satu dari mereka menangis tambah keras. aku mengernyit.
lalu melanie yang tampak paling bisa mengendalikan air matanya dibanding gadis-gadis lain menjawab dengan suara parau, "dia...dia...oh, Ray...dia meninggal..."dan kemudian terisak keras.
bluk.
aku menjatuhkan tasku.
"kapan?"
"pagi ini," jawab mel, menghapus air matanya , "kecelakaan. tertabrak mobil ketika akan berangkat sekolah." melanie terdiam sesaat sebelum melanjutkan, "padahal seharusnya ini hari pertamanya bergabung dengan klub astronomi sekolah. dia sudah menantikannya selama berminggu-minggu yang lalu. dia selalu membicarakan mengenai hal itu setiap hari. ini pertama kalinya ia bergabung dengan klub sekolah..."
aku mengambil tasku, tertegun.
"apakah ia sudah dimakamkan?"
mel mengangguk. "di tallulah park. kami akan kesana sebentar lagi, setelah kami tenang."
aku menepuk bahunya sekilas sebelum aku pergi ke tallulah park.
makam shira sudah sepi. mungkin orabg-orang yang melayatnya sudah pergi. nisannya masih mengilap bertuliskan 'Gadis yang akan selalu tinggal di hatimu'.
aku mengeluarkan buku 'astronomi yang mempengaruhi hidupmu' dan meletakkannya di bawah nisan pualam itu.
"aku tidak lupa kali ini," dan melangkah pergi.
langit cerah hari ini.